Rabu, 18 Februari 2015

TAFSIR SURAT AN-NAHL 43-44


TAFSIR SURAT AN-NAHL 43-44 TENTANG SUBJEK PENDIDIKAN
(guna memenuhi syarat tugas Tafsir)
                       DOSEN PENGAMPU : Drs. H. Hadi Rahmat, MA                      


 









Di Susun oleh


NUR APRI LAVIYANTO                          13100842

Kelas A
JURUSAN  TARBIYAH
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN JURAI SIWO METRO
2014/2015




DAFTAR ISI

COVER........................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A.    Lafal dan Terjemah QS. An-Nahl/16 : 43-44                                     1
B.     Mufradat                                                                                             1
C.     Tafsir surat An-Nahl ayat 43 dan 44                                                  2
a. Ayat 43                                                                                           2
b. Ayat 44                                                                                           4
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA








KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taupik dan hinayahnya sehinga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan  sebagai salah salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dan untuk memenuhi mata kuliah Tafsir.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengelaman bagi para pembaca, makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang terbatas, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan  terima kasih kepada Bpk. H. Hadi Rahmat Selaku Dosen Pengampu dan kepada orang tua yang selalu mendoakan, Semoga makalah ini bisa Bermanfaat. Dan Semoga allah swt senantiasa meridhoi segala usaha kita. amin.





Metro 24 oktober 2014
Penyusun;                               




NUR APRI LAVIYANTO

 
 
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin. Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan dan subjek pendidikan.
Keluasan Al-Quran dalam konsep pendidikan tersebut telah mendorong penulis untuk menggali salah satu dari konsep tersebut, untuk itu dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang salah satu konsep tersebut, yaitu yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana tafsir surah An-Nahl ayat 43 dan 44?
2.      Bagaimana hubungannya dengan pendidikan?
3.      Apakah yang dimaksud dengan Ahl-Dzikr?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Lafal dan Terjemah QS. An-Nahl/16 : 43-44
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ   ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ ̍ç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍköŽs9Î) öNßg¯=yès9ur šcr㍩3xÿtGtƒ ÇÍÍÈ  
Artinya : 43. Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. 44. Dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.[1]
B.     Mufradat
رِجَالٌ               : orang-orang lelaki.
أَهْلُ الذِّكْرِ        : para pemuka agama Yahudi dan Nasrani.[2]
إِنْ                  : jika
اَلزُّبُرُ               : tulisan/kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur, dan Shuhuf Ibrahim As.
اَلذِّكْرُ               : salah satu nama Alquran. Dari segi bahasa adalah antonim kata lupa.
C.     Tafsir surat An-Nahl ayat 43 dan 44
1.   Ayat 43
Diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak bahwa Ibnu Abbas bercerita tentang ayat ini, bahwa tatkala Allah mengutus Muhammad sebagai Rasul, banyak di antara orang-orang Arab yang tidak mau menerima kenyataan itu, maka turunlah ayat:
أَكَانَ لِلنَّاسِ عَجَباً أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِّنْهُمْ أَنْ أَنذِرِ النَّاسَ
“Patutkah menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki di antara mereka: untuk memberi peringatan kepada manusia” QS. Yunus : 2).
Dan dalam ayat di atas Allah berfirman, “Dan kami tidak mengutus sebelum kamu melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya sebagai Rasul, maka jika kamu tidak mengetahui tanyalah kepada orang-orang yang mengetahui yaitu ahli-ahli kitab, apakah yang Kami utus kepada mereka itu malaikat atau manusia biasa.
Jika Rasul-rasul yang Kami utus sebelum kamu itu malaikat, maka patut kamu mengingkari kenabian Muhammad, tetapi jika mereka itu terdiri dari manusia-manusia biasa, maka tidaklah patut kamu saksikan bahwa Muhammad adalah benar-benar seorang Rasul yang kami utus. Allah berfirman:
قُلْ سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إَلاَّ بَشَراً رَّسُولاً -٩٣
Katakanlah wahai Muhammad: "Maha suci Tuhanku, Bukankah aku ini hanya seorang manusia yang diutus menjadi rasul?"(QS. Al-Isra : 93).
            Dan dalam ayat yang lain:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ  -١١٠- 
Katakanlah wahai Muhammad : “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang kepadaku diberikan wahyu”.(QS. Al-Kahfi : 110).[3]
Kata (أَهْل الذِّكْرِ) ini difahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau mereka orang-orang yang jujur, niscaya akan mereka beri tahukan jamak dari kata (رجل)  rajul sering kali dipahami hal yang sebenarnya itu. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi informasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi Alquran sebab mereka juga termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para rasul, mereka akui.[4]
Ahl-dzikr ditafsirkan dengan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang nabi dan kitab-kitab.[5] Penulis tidak membatasi kepada pengetahuan tentang nabi-nabi dan kitab, melainkan meliputi detail-detail Alquran dan Islam secara keseluruhannya. Orang yang memiliki pengetahuan tersebut adalah Rasulullah dan para ulama dari berbagai kurun. Penafsiran ini tampaknya relevan dengan tafsir al-dzikr pada ayat berikutnya, bahwa yang dimaksudkannya adalah Alquran itu sendiri. Itu pula sebabnya, Alquran dinamai Al-Dzikr.[6]
Walaupun panggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat difahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.[7]
Pengertian yang lain tentang فاسألوا أهل الذكر“Bertanyalah kalian kepada ahli Alquran” secara eksplisit menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya pendidik atau guru, melainkan juga anak didik. Karena itu ayat ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan teori belajar siswa aktif dan metode tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Pada saat guru tengah memberikan bimbingan dan pendidikan kepada siswa, posisi siswa adalah obyek, tetapi pada saat yang sama, ia juga berperan sebagai subyek. Sebab, tugas guru tidak hanya menyampaikan bahan-bahan ajar kepada siswa, tetapi ia juga bertanggung jawab untuk sedapat mungkin membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa agar mereka dapat melakukan pembelajaran sendiri.[8]

a.       Ayat 44
Para rasul yang Kami utus sebelummu itu semua membawa  keterangan-keterangan, yakni mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul dan sebagian membawa pula zubur, yakni kitab-kitab yang mengandung ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr,yakni Alquran, agar engkau menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka,yakni Alquran itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan supaya mereka senantiasa berfikir lalu menarik pelajaran untuk kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi mereka.
Kata الزُّبُر adalah jamak dari kata زَبُور yakni tulisan. Yang dimaksud di sini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as. Para ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak mengandung syari’at, tetapi sekedar nasihat-nasihat.
Salah satu nama Alquran adalah الذِّكْرُ dari segi bahasa adalah antonim kata lupa. Pengulangan kata turun dua kali, yakni أنزلنا إليك Kami turunkan kepadamu dan ما نُزِّلَ إليهم apa yang telah diturunkan kepada mereka mengisyaratkan perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah penurunan Alquran kepada Nabi yang bersifat langusung dari Allah, sedangkan yang kedua adalah yang ditujukan kepada manusia seluruhnya yang mengandung makna turun berangsur-angsur. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa manusia secara umum mempelajari dan melaksanakan tuntunan Alquran secara bertahap sedikit demi sedikit dan dari saat ke saat. Adapun Nabi Muhammad Saw., maka kata diturunkan yang dimaksud di sini bukan melihat pada turunnya ayat-ayat itu sedikit demi sedikit, tetapi melihat kepada pribadi Nabi Saw. yang menghafal dan memahaminya secara langsung, karena diajar langsung oleh Allah Swt., melalui malaikat Jibril As.[9] Dan juga melaksanakannya secara langsung begitu ayat turun, berbeda dengan manusia yang lain.[10]
Pada akhir ayat di atas dijelaskan tentang fungsi Rasulullah Saw., sebagai penjelas (mubayyin) kepada manusia tentang hukum-hukum yang terkandung dalam Alquran. Hal ini dimaksudkan agar manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan dapat berfikir. Ini mengisyaratkan bahwa siswa perlu memikirkan, menganalisis dan bahkan mengkritisi materi pendidikan yang disampaikan guru. Di lain pihak, dengan ini juga menunjukkan bahwa Alquran selalu mengajak berfikir kepada manusia agar dalam menunaikan kewaiban-kewajiban agama dilaksanakan dengan hati yang mantap karena didukung ilmu yang cukup.[11]


[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 234
[2] Ibid., h. 235-236.
[3] H. Salim Bahreisy dan  H. Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, (Cet, I; Surabaya: PT Bina Ilmu, 1988), h. 563-564.
[4] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz 14; Jakarta: PT. Pustaka Panjimas, 1988), h. 80.
[5] Departemen Agama RI, Tafsir dan Terjemahnya, (Jakarta : Depag RI, 1984), h. 408.
[6] Drs. Nanang Gojali, M.Ag, Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004), h. 160-161.
[7] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 235.
[8] Drs. Nanang Gojali, M.Ag, op. cit., h. 161.
[9] Baca QS. Al-Qiyamah/75 : 16.
[10] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 236-238.
[11] Drs. Nanang Gujali, M.Ag, op. cit., h. 162.


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari surat An-Nahl ayat : 43 dan 44 antara lain:
1.      Menganjurkan kita untuk bertanya apabila kita tidak tahu.
2.      Apabila kita mempunyai ilmu sebaiknya ajarkan kepada yang belum tahu.
3.      Dalam mendidik sebaiknya menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan pemahaman peserta didik.
4.      Pendidik sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
5.      Pendidikan dilakukan secara bertahap
6.      Pendidik atau guru sebaiknya menguasai bahan ajar.
B.     Saran
Semoga dengan selesainya tugas makalah ini kita dapat mengambil ibrahnya, dan dapat mengetahui tafsir Q.S An-Nahl ayat 43-44 tentang Subjek Pendidikan, sehingga kita dapat menambah wawasan lebih luas terhadap Tafsir.








DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy. 1988. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier.
Surabaya: PT Bina Ilmu.
Departemen Agama RI. 1984. Tafsir dan Terjemahnya. Jakarta : Depag RI.
Gojali, Nanang., 2004. Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik.
Jakarta: PT Reneka Cipta.
Hamka.1988. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Shihab, M. Quraish., 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.



MACAM-MACAM KONSEP KURIKULUM

BAB II PEMBAHASAN MACAM-MACAM MODEL KONSEP KURIKULUM A.     Kurikulum Subjek Akademis Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pen...