TAFSIR
SURAT AN-NAHL 43-44 TENTANG SUBJEK PENDIDIKAN
(guna memenuhi syarat tugas Tafsir)
DOSEN PENGAMPU : Drs. H.
Hadi Rahmat, MA
![]() |
Di Susun oleh
NUR
APRI LAVIYANTO 13100842
Kelas
A
JURUSAN
TARBIYAH
PENDIDIKAN
BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
JURAI SIWO METRO

DAFTAR
ISI
COVER........................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Lafal
dan Terjemah QS. An-Nahl/16 : 43-44 1
B.
Mufradat 1
C.
Tafsir
surat An-Nahl ayat 43 dan 44 2
a. Ayat 43 2
b. Ayat 44 4
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat, inayah, taupik
dan hinayahnya sehinga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi para pembaca dan untuk memenuhi mata kuliah Tafsir.
Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengelaman bagi para
pembaca, makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang
terbatas, oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata, kami sampaikan terima kasih kepada Bpk. H. Hadi Rahmat Selaku
Dosen Pengampu dan kepada orang tua yang selalu mendoakan, Semoga makalah ini
bisa Bermanfaat. Dan Semoga allah swt senantiasa meridhoi segala usaha kita. amin.
Metro 24 oktober 2014
Penyusun;
NUR APRI LAVIYANTO
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Proses pendidikan dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari peran
pendidik dan peserta didik itu sendiri. Berhasil atau gagalnya pendidikan
diantaranya ditentukan oleh kedua komponen tersebut. Mulai dari kemapanan ilmu pengetahuan
pendidik, sampai kemampuan pendidik dalam menguasai objek pendidikan, berbagai
syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik, motivasi belajar peserta
didik, kepribadian anak didik dan tentu saja pengetahuan awal yang dikuasai
oleh peserta didik. Agar hasil yang direncanakan tercapai semaksimal mungkin.
Disinilah pentingnya pengetahuan tentang subjek pendidikan.
Al-Quran sebagai pedoman hidup manusia di dalamnya menyimpan
berbagai mutiara yang mahal harganya yang jika dianalisis secara mendalam
sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Diantara mutiara tersebut adalah
beberapa konsep pendidikan yang terkandung dalam Al-Quran, diantara konsep
tersebut adalah konsep awal pendidikan, kewajiban belajar, tujuan pendidikan
dan subjek pendidikan.
Keluasan Al-Quran dalam konsep pendidikan tersebut telah mendorong
penulis untuk menggali salah satu dari konsep tersebut, untuk itu dalam makalah
ini penulis akan mencoba memaparkan sedikit tentang salah satu konsep tersebut,
yaitu yang berhubungan dengan subjek pendidikan dengan harapan dapat lebih
memahami bagaimana subjek pendidikan menurut Al-Quran.
B.
Rumusan
masalah
1.
Bagaimana
tafsir surah An-Nahl ayat 43 dan 44?
2.
Bagaimana
hubungannya dengan pendidikan?
3.
Apakah
yang dimaksud dengan Ahl-Dzikr?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Lafal
dan Terjemah QS. An-Nahl/16 : 43-44
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ ÏM»uZÉit7ø9$$Î/ Ìç/9$#ur 3 !$uZø9tRr&ur y7øs9Î) tò2Ïe%!$# tûÎiüt7çFÏ9 Ĩ$¨Z=Ï9 $tB tAÌhçR öNÍkös9Î) öNßg¯=yès9ur crã©3xÿtGt ÇÍÍÈ
Artinya
: 43. Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang
Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. 44. Dengan membawa
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al
Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada
mereka dan supaya mereka memikirkan.[1]
B.
Mufradat
رِجَالٌ : orang-orang
lelaki.
أَهْلُ
الذِّكْرِ :
para pemuka agama Yahudi dan Nasrani.[2]
إِنْ : jika
اَلزُّبُرُ : tulisan/kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur,
dan Shuhuf Ibrahim As.
اَلذِّكْرُ : salah satu
nama Alquran. Dari segi bahasa adalah antonim kata lupa.
C.
Tafsir
surat An-Nahl ayat 43 dan 44
1.
Ayat
43
Diriwayatkan oleh Adh-Dhahhak bahwa
Ibnu Abbas bercerita tentang ayat ini, bahwa tatkala Allah mengutus Muhammad
sebagai Rasul, banyak di antara orang-orang Arab yang tidak mau menerima kenyataan
itu, maka turunlah ayat:
أَكَانَ
لِلنَّاسِ عَجَباً أَنْ أَوْحَيْنَا إِلَى رَجُلٍ مِّنْهُمْ أَنْ أَنذِرِ النَّاسَ
“Patutkah
menjadi keheranan bagi manusia bahwa Kami mewahyukan kepada seorang laki-laki
di antara mereka: untuk memberi peringatan kepada manusia” QS. Yunus : 2).
Dan dalam ayat di atas Allah berfirman, “Dan kami tidak mengutus
sebelum kamu melainkan orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya sebagai
Rasul, maka jika kamu tidak mengetahui tanyalah kepada orang-orang yang
mengetahui yaitu ahli-ahli kitab, apakah yang Kami utus kepada mereka itu
malaikat atau manusia biasa.
Jika
Rasul-rasul yang Kami utus sebelum kamu itu malaikat, maka patut kamu
mengingkari kenabian Muhammad, tetapi jika mereka itu terdiri dari
manusia-manusia biasa, maka tidaklah patut kamu saksikan bahwa Muhammad adalah
benar-benar seorang Rasul yang kami utus. Allah berfirman:
قُلْ
سُبْحَانَ رَبِّي هَلْ كُنتُ إَلاَّ بَشَراً رَّسُولاً -٩٣-
Katakanlah
wahai Muhammad: "Maha suci Tuhanku, Bukankah aku ini hanya seorang manusia
yang diutus menjadi rasul?"(QS. Al-Isra : 93).
Dan dalam ayat
yang lain:
قُلْ
إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ -١١٠-
Katakanlah
wahai Muhammad : “Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
kepadaku diberikan wahyu”.(QS. Al-Kahfi : 110).[3]
Kata (أَهْل
الذِّكْرِ)
ini difahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka agama Yahudi dan Nasrani
yang telah menerima kitab-kitab dan ajaran Nabi-nabi yang dahulu itu. Kalau
mereka orang-orang yang jujur, niscaya akan mereka beri tahukan jamak dari kata
(رجل) rajul sering kali
dipahami hal yang sebenarnya itu. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi
informasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar
ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi Alquran
sebab mereka juga termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian
persoalan kemanusiaan para rasul, mereka akui.[4]
Ahl-dzikr
ditafsirkan dengan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan tentang nabi dan
kitab-kitab.[5] Penulis tidak membatasi kepada pengetahuan tentang nabi-nabi dan
kitab, melainkan meliputi detail-detail Alquran dan Islam secara
keseluruhannya. Orang yang memiliki pengetahuan tersebut adalah Rasulullah dan
para ulama dari berbagai kurun. Penafsiran ini tampaknya relevan dengan tafsir
al-dzikr pada ayat berikutnya, bahwa yang dimaksudkannya adalah Alquran itu
sendiri. Itu pula sebabnya, Alquran dinamai Al-Dzikr.[6]
Walaupun
panggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta
siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum,
maka ia dapat difahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak
diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapa pun yang tahu dan tidak
tertuduh objektivitasnya.[7]
Pengertian yang
lain tentang فاسألوا أهل الذكر“Bertanyalah kalian kepada ahli Alquran”
secara eksplisit menjelaskan bahwa yang menjadi subyek pendidikan bukan hanya
pendidik atau guru, melainkan juga anak didik. Karena itu ayat ini dapat
menjadi dasar bagi pengembangan teori belajar siswa aktif dan metode tanya
jawab dalam proses belajar mengajar. Pada saat guru tengah memberikan bimbingan
dan pendidikan kepada siswa, posisi siswa adalah obyek, tetapi pada saat yang
sama, ia juga berperan sebagai subyek. Sebab, tugas guru tidak hanya
menyampaikan bahan-bahan ajar kepada siswa, tetapi ia juga bertanggung jawab
untuk sedapat mungkin membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa agar
mereka dapat melakukan pembelajaran sendiri.[8]
a.
Ayat
44
Para rasul yang Kami utus sebelummu itu semua membawa keterangan-keterangan, yakni
mukjizat-mukjizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai rasul dan
sebagian membawa pula zubur, yakni kitab-kitab yang mengandung
ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh hati
dan Kami turunkan kepadamu adz-Dzikr,yakni Alquran, agar engkau menerangkan
kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka,yakni Alquran
itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu mereka mengetahui dan sadar dan supaya
mereka senantiasa berfikir lalu menarik pelajaran untuk kemaslahatan hidup
duniawi dan ukhrawi mereka.
Kata الزُّبُر adalah jamak dari kata زَبُور yakni tulisan. Yang dimaksud di sini adalah
kitab-kitab yang ditulis, seperti Taurat, Injil, Zabur dan Shuhuf Ibrahim as.
Para ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab singkat yang tidak
mengandung syari’at, tetapi sekedar nasihat-nasihat.
Salah satu nama Alquran adalah الذِّكْرُ dari segi bahasa adalah antonim kata lupa.
Pengulangan kata turun dua kali, yakni أنزلنا
إليك Kami turunkan kepadamu dan ما
نُزِّلَ إليهم apa yang telah diturunkan kepada mereka mengisyaratkan
perbedaan penurunan yang dimaksud. Yang pertama adalah penurunan Alquran kepada
Nabi yang bersifat langusung dari Allah, sedangkan yang kedua adalah yang
ditujukan kepada manusia seluruhnya yang mengandung makna turun
berangsur-angsur. Hal ini agaknya untuk mengisyaratkan bahwa manusia secara
umum mempelajari dan melaksanakan tuntunan Alquran secara bertahap sedikit demi
sedikit dan dari saat ke saat. Adapun Nabi Muhammad Saw., maka kata diturunkan
yang dimaksud di sini bukan melihat pada turunnya ayat-ayat itu sedikit demi
sedikit, tetapi melihat kepada pribadi Nabi Saw. yang menghafal dan memahaminya
secara langsung, karena diajar langsung oleh Allah Swt., melalui malaikat
Jibril As.[9] Dan juga melaksanakannya secara langsung begitu ayat turun,
berbeda dengan manusia yang lain.[10]
Pada
akhir ayat di atas dijelaskan tentang fungsi Rasulullah Saw., sebagai penjelas
(mubayyin) kepada manusia tentang hukum-hukum yang terkandung dalam Alquran.
Hal ini dimaksudkan agar manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan dapat
berfikir. Ini mengisyaratkan bahwa siswa perlu memikirkan, menganalisis dan
bahkan mengkritisi materi pendidikan yang disampaikan guru. Di lain pihak,
dengan ini juga menunjukkan bahwa Alquran selalu mengajak berfikir kepada
manusia agar dalam menunaikan kewaiban-kewajiban agama dilaksanakan dengan hati
yang mantap karena didukung ilmu yang cukup.[11]
[1] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), h. 234
[2] Ibid., h.
235-236.
[3] H. Salim Bahreisy dan H.
Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier, (Cet, I; Surabaya:
PT Bina Ilmu, 1988), h. 563-564.
[4] Prof. Dr. Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Juz 14; Jakarta: PT.
Pustaka Panjimas, 1988), h. 80.
[5] Departemen Agama RI, Tafsir dan Terjemahnya, (Jakarta :
Depag RI, 1984), h. 408.
[6] Drs. Nanang Gojali, M.Ag, Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir
Hermeneutik, (cet, I; Jakarta: PT Reneka Cipta, 2004), h. 160-161.
[7] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 235.
[8] Drs. Nanang Gojali, M.Ag, op. cit., h. 161.
[9] Baca QS. Al-Qiyamah/75 : 16.
[10] M. Quraish Shihab, op. cit., h. 236-238.
[11] Drs. Nanang Gujali, M.Ag, op. cit., h. 162.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari surat An-Nahl ayat : 43
dan 44 antara lain:
1.
Menganjurkan
kita untuk bertanya apabila kita tidak tahu.
2.
Apabila
kita mempunyai ilmu sebaiknya ajarkan kepada yang belum tahu.
3.
Dalam
mendidik sebaiknya menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan pemahaman peserta
didik.
4.
Pendidik
sebaiknya menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami.
5.
Pendidikan
dilakukan secara bertahap
6.
Pendidik
atau guru sebaiknya menguasai bahan ajar.
B.
Saran
Semoga dengan selesainya tugas makalah ini kita dapat
mengambil ibrahnya, dan dapat mengetahui tafsir Q.S An-Nahl ayat 43-44 tentang
Subjek Pendidikan, sehingga kita dapat menambah wawasan lebih luas terhadap
Tafsir.
DAFTAR PUSTAKA
Bahreisy, Salim dan Said Bahreisy. 1988. Terjemah Singkat
Tafsir Ibnu Katsier.
Surabaya: PT Bina
Ilmu.
Departemen
Agama RI. 1984. Tafsir dan Terjemahnya. Jakarta : Depag RI.
Gojali,
Nanang., 2004. Manusia, Pendidikan dan Sains Tafsir Hermeneutik.
Jakarta: PT Reneka Cipta.
Hamka.1988.
Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT. Pustaka Panjimas.
Shihab,
M. Quraish., 2002. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar