PENDEKATAN
SISTEM DALAM PENDIDIKAN ISLAM
(guna memenuhi syarat tugas ilmu pendidikan islam)
DOSEN PENGAMPU :Basri, M.Ag
Di Susun oleh
NUR
APRI LAVIYANTO
NPM 13100842
Kelas
A
JURUSAN
: TARBIYAH
PRODI
: PENDIDIKAN BAHASA ARAB
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
STAIN
JURAI SIWO METRO
2014/2015
DAFTAR
ISI
COVER.............................................................................................................. i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENDIDIKAN SISTEM............................................. 2
1. Sistemtertutup............................................................................. 2
2. Sistemterbuka.............................................................................. 2
B.
PENDEKATAN
SISTEM (SYSTEM APPROACH).............................. 3
1. Model sisteminstruksional........................................................... 6
2. Model PenyelenggaraanPendidikanMenurut System Manajemen Program 8
3. Model ProsedurPengembangan System Instruksional (PPSI).... 9
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................................ 10
B.
Saran ..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas
segala limpahan rahmat,inayah,taupik dan hinayahnya sehinga Saya dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah
salah satu acuan,petunjuk maupun pedoman bagi para pembaca dan untuk
memenuhi mata kuliah IlmuPendidikan Islam.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah
pengetahuan dan pengelaman bagi para pembaca,makalah ini masih banyak kekurangan
karena pengalaman saya yang terbatas,oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima kasih
kepada Bpk. Basri, M.Ag Selaku Dosen Pengampu dan kepada orang tua saya yang
selalu mendoakan, Semoga makalah ini bisa Bermanfaat.Dan Semoga allah swt
senantiasa meridhoi segala usaha kita.amin.
Metro 20september 2014
Penyusun;
Nur Apri Laviyanto
NPM : 13100842
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sistem sebagaimana didefinsikan adalah kumpulan atau
sekelompok elemen bebas yang bekerjasama untuk menyelesaikan tujuan
tertentu. Definisi lain sistem adalah susunan yang saling berhubungan dari elemen-elemen
yang saling berinteraksi di desain untuk menyelesaikan fungsi yang telah di
tentukan sebelumnya. ( Dimitris Chorofas, 1965 ). Berdasarkan kaidah ini,
pendekataan sistem dalam perencanaan, ada elemen yang saling berhubungan, baik
proses maupun desain strukturnya, sehingga setiap fungsinya merupakan satu
kesatuan dan bekerjasama untuk menghasilkan suatu keluaran atau produk.
Akibatnya seeorang perencana harus memperhatikan variable dan kendala kritis,
serta akibat interaksi antar berbagai variable dalam sistem. Dalam kaitan
ini, Kaufman (1973:10) menegaskan bahwa pendekatan system merupakan cara
mengidentifikasi kebutuhan, menseleksi masalah, menyusun identifikasi
persyaratan solusi masalah, membat beberapa alternative solusi, mengevaluasi
hasil, merevisi persyaratan pada sebagaian atau seluruh system terkait dengan
keterbatasan memenuhi kebutuhan.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan pengertian pendekatan sistem ?
2.
Apa
saja pendekatan sistem dalam proses pembelajaran islam ?
C. Tujuan Masalah
Agar dapat mengetahui pendekatan sistem dalam proses pendidikan islam. Dan dapat mempelajari dari pendekatan itu sendiri dan dapat mengambil ‘ibrahnya sehingga dapat kita ambil dari
sisi positif untuk di terapkan kepada yang
terdidik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PENDEKATAN SISTEM
Menurut Reja Mudyaharja, pendekatan
system adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep
teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.[1]
Pada awalnya pendekatan sistem
digunakan dalam bidang teknik, tetapi pada akhir tahun 1950 dan awal 1960-an,
pendekatan sistem mulai diaplikasikan dalam bidang pendidikan seperti
merumuskan masalah, analisis kebutuhan, analisis masalah, desain metode, dan
materi instruksional pelaksanaan secara eksperimental, menilai dan merevisi dan
sebagainya.[2]
Dengan demikian pendekatan sistem
merupakan proses pemecahan masalah yang logis untuk mencapai hasil penidikan
secara efektif dan efisien.
Menurut Reja Mudyaharja, sistem
tersebut ada yang tertutup dan ada yang terbuka.
1.
Sistem
tertutup
Sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu
pendek.Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya
berjalan otomatis.
2.
Sistem
terbuka
Sistem yang terstruktur bagian depannya terus menyesuaikan diri
dengan masukan dari lingkungan yang terus menerus berubah-ubah, dalam usaha
dapat mencapai kapasitas optimalnya.Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan
bentuk operasinya dinmis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah
karakteristik dan posisinya.[3]
Pendidikan islam dalam satu sisi biasa dikategorikan sebagai system
tertutup karena ada prinsip-prinsip dasar dalam system tersebut yang sudah baku
(tidak berubah dan tidak boleh diubah) yaitu Al-Qur’an dan Hadis, tapi dalam
sisi lain system pendidikan islam dikategorikan sebagai sistem terbuka dalam
perkembangannya selalu berkaitan erat dengan berbagai sistem dalam kehidupan
masyarakat, seperti sistem ekonomi, politik, system sosial budaya dari
masyarakat yang mempengaruhi sistem pendidikan islam.
B.
PENDEKATAN
SISTEM (SYSTEM APPROACH)
Pendidikan islam sebagai disiplin ilmu dapat dianalisis dari segi
sistematis atau pendekatan system. Dalam konteks ini, pendidikan islam
dipandang sebagai proses yang terdiri dari sub-sub sistem atau
komponen-komponen yang saling berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
islam.
Teori sistemik dikembangkan oleh para ilmuan muslim pada abad ke-8
smpai dengan ke-13 M, masa itu merupakan periode keemasan sejarah kebudayaan
islam. Di antar mereka adalah Abu Abdillah Mohammad Ibnu Djababir al-Battani
(yang meninggal pada tahun 929 M) yang dikenal di eropa dengan nama Albatenius,
ahli ilmu Astronomi (ilmu perbintangan) terbesar. Ahli ilmu falak dan trigonometri
serta mengoreksi teori-teori astronomi lama dari Ptolomeus tentang perjalanan benda-benda
langit seperti bulan dan planet-planet, rotasi bumi dan gerakan/perputaran
matahari, dan sebagainya.
Abu al-Abbas Ahmad al-Farghani (Afraganus) dari farghanah,
Transsaxonia, juga terkenal sebagai ahli astronomi kenamaan pada zamannya,
buku-buku karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa latin oleh sarjana Kristen
dari Eropa seperti Johanes dari sevilla dan Gerard dari Cremonia, pada tahun
1135 M dan beberapa ilmuan muslim lainnya yang berjasa mengembangkan ilmu-ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang yang sangat bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia di kemudian hari.[4]
Daya kreativitas para ilmuan muslim pada prinsipnya bersumber dari
informasi Al-quran yang memberikan petunjuk tentang system gerakan benda-benda
samawi dan kehidupan makhluk-makhluk termasuk dalam diri manusia sendiri secara
biologis dan psikologis berjalan menurut mekanisme hokum-hukum Tuhan.
Pendidikan islam yang ruang lingkupnya sama dengan kebutuhan hidup
manusia, secara sistemik adalah proses yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan menuju titik optimal kemampuan manusia berlandaskan nilai-nilai
islam, berlangsung menurut system hukum tertentu yang menentukan corak dan
watak hasil (produk) akhirnya.
Watak ilmu pendidikan islam adalah sistematis dan konsisten menuju
ke arah tujuan yang hendak dicapai. Untuk itu, pendidikan islam memerlukan
pemikiran sistematik dan mengarahkan prosesnya dalam system-sistem yang
aspiratif terhadap kebutuhan umatnya. Bila tidak demikian, akan timbul gangguan
dan dan hambatan-hambatan teknis operasional yang dapat menghilangkan
orientasinya yang benar.
Sejalan dengan pendekatan sistem, orientasi pendidikan islam itu
memiliki karakteristik (ciri pokok) yang bersifat goal oriented secara
operasional, pendidikan islam yang dilandaskan berdasarkan pendekatan system
itu dapat di kembangkan ke dalam model sebagai berikut :
1.
Secara
sistematik, manusia didik dipandang sebagai makhluk yang integeralistik, total
berkebulatan yang terbentuk dari unsur rohaniah dan jasmaniah yang tak dapat
dipisahkan satu sama lain.
2.
Secara
pedagogis, pendidikan islam diletakkan pada strategi pengembangan seluruh
kemampuan dasar (fitrah) secara integralistik, menuju ke arah pembentukan
pribadi muslim paripurna dalam dimensi rohaniah dan jasmaniahnya untuk
menghayati dan mengamalkan ajaran islam yang berorientasi kepada kesejahteraan
hidup duniawi-ukhrawi secara simultan.
3.
Institusionalisasi
(pelembagaan) pendidikan islam diwujudkan dalam struktur yang hierarkis
berjenjang sejalan dengan tingkat perkembangan jiwa manusia didik, menuju
kearah optimalisasi kemampuan belajarnya semakin mendalam dan meluas.
4.
Secara
kurikuler, pendidikan islam mengarahkan seluruh input instrumental (guru,
metode, kurikulum, dan fasilitas) dan input environmental (tradisi kebudayaan,
lingkungan masyarakat, dan lingkungan alam) menjadi suatu bentuk program
kegiatan kependidikan islam yang diharapakan. Proses pelaksanaan kurikuler itu
harus berdasarkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan secar bertahap, sesuai
dengan tingkat kemampuan manusia didik.
Tuhan tidak akan membebani hambanya dengan tugas-tugas yang
melampaui kemampuan yang ada pada diri masing-masing, melainkan diukur dengan
kemampuannya, dan bila tidak mau melaksankannya maka tuhan akan mengenakan
siksa kepadanya.
wß#Ïk=s3ãª!$#$²¡øÿtRwÎ)$ygyèóãr4$ygs9$tBôMt6|¡x.$pkön=tãur$tBôMt6|¡tFø.$#(البقرة ÇËÑÏÈ)
“Tidaklah Allah akan membebani seseorang kecuali sesuai dengan
kemampuannya, baginya pahala untuk kebaikan yang telah ia kerjakan, dan siksa
kejahatan yang ia kerjakan dan siksa bagi kejahatan yang ia lakukan.” (QS. Al Baqarah: 286)
Manusia yang oleh Nabi saw. Diberi kebebasan mengelola kehidupan
duniawinya telah mengembankan pendekatan sistem tersebut kedalam menejemen
pendidikan dengan berbagai model antara lain :
1.
Model sistem instruksional
Teknologi instruksional adalah mesin-mesin yang diterapkan pada
proses belajar mengajar. Ini adalah cara berpikir yang didasarkan atas
pendekatan baru tentang sistem belajar atau pengaturan organisasi tentang
proses belajar, yang lebih mementingkan pelajar perangkat keras (hardware).
Teknologi instruksional mempergunakan alat-alat untuk mengorganisasikan pikiran
dalam berbagai bentuk teknologi instruksional.[5]
Prinsip-prinsip teknologi yang diterapkan dalam proses belajar
mengajar, yaitu sebagai berikut:
a.
Teknologi
dapat digunakan untuk mengkaji kembali, teknologi juga dapat mendorong
kegairahan guna mengembangkan sasaran-sasaran prilaku belajar mengajar.
b.
Teknologi
dapat mengotomatisasikan proses belajar melalui pengembangan yang lebih teratur
terhadap unsur-unsur kegiatan tersebut.
c.
Teknologi
dapat membantu mengidifidualisasikan beberapa tipe belajar secara individual
sesuai dengan bakat dan kemampuan murid dapat lebih berdaya guna (efektif) dan
efisien manakala dilakukan dengan program pengajaran yang efektif.
d.
Teknologi
juga dapat mengerjakan hal-hal tertentu yang tak dapat dilakukan dengan cara
lain, contoh: ‘belajar dengan cara simulasi dan bermain akan lebih berdampak
situasional terhadap murid.
e.
Teknologi
juga dapat memperkuat kegiatan suatu penelitian dengan kemungkinan para
peneliti untuk melakukan rangkaian perhitungan yang tak dapat dikerjakan dengan
cara yang lainnya, teknologi juga dapat mensentralisasikan dan membakukan
sejauh mana keberadaan teknologi berpengaruh terhadap proses belajar.
f.
Teknologi
membantu menejemen pengajaran secara rinci. Termasuk testing dan sistem
pengukuran kemajuan murid.
g.
Teknologi
juga dapat member dampak positif terhadap penyuluhan kependidikan karena
konseling memerlukan informai yang memadai tentang murid.
Adapun ciri-ciri pola pikir instruksional tampak dalam kegiatan
berpikir sebagai berikut :
1.
Mendefinisikan
melalui proses:
a.
Mengidentifikasikan
permasalahan (problema) mengenai kebutuhan anak didik dan mengidentifikasikan
yang mendesak dan kurang mendesak.
b.
Menganalisis
setting(keadaan lingkungan) yang menyangkut situasi dan kondisi murid
serta sumber belajar yang relevan.
c.
Mengatur
(mengorganisasikan manajemen yang menyangkut tugas dan tanggung jawab serta
waktu yang diperlukan untuk melaksanakan dan sebagainya.
2.
Mengembangkan
melalui proses:
a.
Mengidentifikasi
sasaran-sasaran yang hendak digarap, misalnya sasaran-sasaran terminal (seperti
pendidikan kejuruan) ataukah sasaran yang berupa kemampuan akademik (seperti
pendidikan umum di sekolah-sekolah umum tingkat atas dan perguruan tinggi)
b.
Mengidentifikasi
factor metode yang hendak diterapkan dalam proses belajar serta apa medianya.
c.
Membantu
prototipe (model) proses belajar mengajar, materinya, dan teknik evaluasi apa
yang dapat dipergunakan.
3.
Melakukan
evaluasi dengan cara:
a.
Mengkaji
ujian(try-out) yang dilakukan dan mengumpulkan data-data.
b.
Melakukan
penilaian tentang hasil-hasil yang menyangkut tujuan, metode yang dipergunakan,
dan teknik-teknik evaluasinya.
c.
Mengadakan
review (perulangan), membuat keputusan untuk tindak lanjut.
2.
Model Penyelenggaraan Pendidikan Menurut System Manajemen Program
Jika kita melihat proses kependidikan dari segi manajemen maka
harus direncanakan sesuai dengan sasaran atau tujuan-tujuan yang hendak dicapai
secara tepat. Perencanaan tersebut harus memperhitungkan sejauh mana
efektivitas dan efesiensinya dalam pelaksanaan.
Dalam perkembangan berpikir manajemen modern, beberapa manajemen
pendidikan, antara lain Roger A. Kaufmann, mengembangkan berbagai teori yang
melatar belakangi oleh ilmu matematika sehingga sistematisasinya tampak
matematis pula. Ia membuat model-model proses manajemen perencanaan program
pendidikan yang harus berlangsung secara mutlak melalui 6 tahapan sebagai
berikut:
a.
Mengidentifikasi
dahulu kebutuhan prioritas (paling utama) pendidikan beserta
permasalahan-permasalahannya.
b.
Menetapkan
persyaratan-persyaratan bagi pemecahan masalah serta mengidentifikasikan
berbagai alternative (pilihan) pemecahannya dalam rangka memenuhi tuntutan akan
kebutuhan yang bersifat khusus.
c.
Memilih
strategi dan alat-alatpendidikan guna memecahkan kesulitan-kesulitan dangan
memilih alternatif yang paling baik.
d.
Melaksanakan
strategi pemecahan masalah termasuk pengelolaan danpengendalian atau pengawasan
terhadap pelaksanaan strategi yang dipilih.
e.
Melakukan
evaluasi tehadap sejauh mana efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar
yang dapat dilakukan, berdasarkan kebutuhan dan persyaratan-persyaratan yang
telah diidentifikasi.
f.
Mengadakan
revisi (perbaikan) terhadap sebagian atau keseluruhan langkah-langkah (proses)
yang sedang berlangsung guna menjamin agar proses tersebut dapat berjalan
efektif dan efisien serta responsif konstruktif.[6]
Menurut R. A. Kaufmaan, analisis system dengan langkah-langkah
tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda dari system instruksional seperti
system atau model Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), model
Brigg, atau model Kamp, dan model Bela H. Benathy dan sebagainya.[7]karena model ini dipilih
oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk diterapkan dalam kurikulum
sekolah semua jenjang sejak tahun 1975.
3.
Model Prosedur Pengembangan System Instruksional (PPSI)
PPSI adalah system instruksional yang berorentiasi kepada tujuan
pendidikan dan pengajaran.System instruksional ini menunjukkan makna bahwa
pengelolaan kependidikan dan pengajaran itu didasarkan atas system. Artinya
bahwa pelaksaaan program pendidikan didasarkan atas keterpaduan (integrasi)
yang terorganisasikan di mana komponen-komponennya saling menjunjung dan saling
mengembangkan atau saling mempengaruhi satu sama lain dalam proses mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisian.
Pelaksaaan model PPSI ini melalui 5 tahap atau langkah sebagai
berikut:
1.
Lebih
dahulu merumuskan tujuan-tujuan instruksional.
2.
Menetapkan
saran evaluasi.
3.
Menentukan
kegiatan belajar dan bahan pelajaran.
4.
Menetapkan
rencana/program kegiatan.
5.
Melaksanakan
program tersebut didahului dengan prestest, lalu menyajikan pelajaran,
kemudian melakukan evaluasi belajar mengajar (post test) untuk
mengetahui kemajuan belajar murid dan seterusnya.
Dalam
PPSI tujuan kependidikan dirumuskan mulai dari tujuan yang paling operasional
khusus, menuju kepada tujuan yang bersifat umum, seperti tujuan instruksional
khusus (TIK), tujuan instruksional umum (TIU), tujuan kurikuler, tujuan
institusional sampai dengan tujuan nasional.
Pelaksanaan program pendidikan agama islam seperti telah
diberlakukan dalam lembaga-lembaga pendidikan/sekolah umum semua jenjang,
adalah berproses berdasarkan system instruksional tersebut sejak tahun 1975,
tidak lagi berorientasi kepada bahan mata pelajaran (subjek materi) yang separated
curriculair, melainkan keterpaduan yang bersifat integrated-curriculair.
Mata pelajaran agama islam tidak lagi diajarkan secara
terpecah-pecah melainkan dalam keterpaduan yang satu sama lain mendukung dan
mengambangkan. Bahkan antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya
harus saling mengembangkan dan memperkokoh.Antara bidang studi pendidikan agama
harus memperkokoh atau berkaitan dengan bidang studi ilmu akademik dan
keterampilan yang ada, karena seluruh bidang studi dalam kurikulum 1975 itu
merupakan satu system yang integral.[8]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran nampaknya akan lebih efektif,
bila secara sistematik dan sistemik dirancang, walaupun sebegitu jauh lebih
menekankan pada teori pengembangan daripada meneliti topik, kecuali untuk
menerangkan ketidak benaran norma-norma atau prinsip-prinsip.
Kadang-kadang hal itu lebih efisien untuk memulai
dengan yang lebih khas atau konsep yang sudah dikenal dari pada dengan yang
sederhana.Untuk menghindari persyaratan yang tidak diinginkan ,dalam mengajarkan
konsep satupersatu harus diperkenalkan bagian-bagian luar daricontoh yang
positif, danlebihawaldalamsatuurutan, dari pada langsung dari contoh yang mudah
ke yang sukaratau dari contoh yang umum kecontoh yang khusus.
Pendekatan Sistem juga membantu perencana pendidikan menentukan strategi
rencana terbaik dan sangat bermanfaat untuk mengorganisasikan staf, pelajar,
program dan materi.
B.
Saran
Semoga dengan selesainya tugas makalah ini dapat kita
dapat mengambil ibrahnya, dan dapat mengetahui pendekatan sistem
dalam proses pendidikanislam,
sehingga kita dapat menambah wawasan lebih luas terhadap ilmu pendidikan islam.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M.
2011.ilmupendidikanislam. jakarta: Bumi Aksara.
Ramayulis. 2002.ilmupendidikanislam.
Jakarta:kalammulia.
Uhbaiyati,Nur. 1997.ilmupendidikanislam.
Bandung: CvPustakaSetia.
GBPP (Garis-Garis Program
Pengajaran),kurikulum 1975, Dep. P & K dan
GBPPMadrasah,
Kurkulum 1976, Kep. Men. Agama RI.
American
Assosiation of School Administration
(AASA), Instructional technology
and The School Administration.
Rom
Landau, The Arab Heritage of Western Civillazation, (terjemah).
[1]Redja
Mudyaharjo, op. cit., h. 40.
[4] Rom Landau, The
Arab Heritage of Western Civillazation, (terjemah), hlm. 110-113
[5]American
Assosiation of School Administration (AASA), Instructional technology and The School Administration,
hlm. 31-32
[6]Roger A.
Kaufmaan, Ibid, hlm. 11.
[7] Roger A.
Kaufmaan, hlm. 18
[8]GBPP
(Garis-Garis Program Pengajaran), kurikulum 1975, Dep. P & K dan GBPP
Madrasah, Kurkulum 1976, Kep. Men. Agama RI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar